SENANDIKA ASRUL SANI, Si Penyair Muda

Oleh Hamzah Muhammad Seni(man) Gelanggang Seni Angkatan Empat Lima bertolak dari segelintir pegiat yang menamakan dirinya Gelanggang. Mereka condong tampil di pusat kesusastraan, salah satunya, melalui kumpulan Tiga Menguak Takdir. Inilah tonggak pertama dari antologi puisi Indonesia modern, yang hal tersebut bak entitas dari hasil perputaran pemikiran di antara tiga penyair dan dunia kreatifnya. Dalam … Lanjutkan membaca SENANDIKA ASRUL SANI, Si Penyair Muda

SEKILAS ‘Kritik Terjemahan’

Oleh Sudarya Permana Untuk memahami kritik terjemahan, kita bisa beranalogi dengan kritik sastra yang ada pada dunia kesusastraan. Kritik sastra adalah penilaian mengenai baik buruknya sebuah karya sastra serta dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Orang yang melakukan kritik sastra dinamai kritikus sastra. Di antara kita barangkali tidak asing lagi dengan nama-nama seperti H. B. Jassin atau … Lanjutkan membaca SEKILAS ‘Kritik Terjemahan’

Eksistensialisme, HAM, dan Konsumsi Tanpa Batas

Oleh Saifur Rohman Asrul Sani pernah me-nerjemahkan karya filsuf Jean-Paul Sartre (1905-1980) berjudul Pintu Tertutup (1979), terbitan Pustaka Jaya, Jakarta.  Judul aslinya Huis Clos (Paris: Gallimard pada 1945). Bagi Sartre sendiri, terbitan buku tersebut merupakan kekecewaan terhadap kondisi kemanusiaan pada masa Perang Dunia II. Ketika satu orang membunuh orang lain, satu kelompok menyakiti kelompok lain, … Lanjutkan membaca Eksistensialisme, HAM, dan Konsumsi Tanpa Batas

Tubuh yang Merasakan: Membaca Karya Frieda Kahlo

Oleh Cecilia Tridjata Frieda Kahlo (1907-1954) adalah seorang pelukis wanita terkenal asal Meksiko yang lahir dengan nama Magdalena Carmen Frieda pada 6 Juli 1907. Kisah hidup dan karyanya begitu luar biasa sehingga menjadi semacam ikon, bahkan mitos. Membaca Frida Kahlo adalah upaya menafsir makna pikiran, mimpi dan fantasi sebagai pesan visual yang terepresentasikan dalam karya-karya … Lanjutkan membaca Tubuh yang Merasakan: Membaca Karya Frieda Kahlo

Penerjemahan dan Pembangunan Karakter Bangsa

Oleh Sudarya Permana Barangkali kedengarannya terlalu berlebihan menyandingkan penerjemahan dengan pem-bangunan karakter bangsa atau sebutan kesohornya ‘nation character building’. Selain terkesan berlebihan, judul ini juga mungkin dirasa, untuk sebagian orang, terlalu serius. Bagaimana tidak? Yang satu adalah praktik berbahasa yang sudah terlanjur dikesankan sulit dan melelahkan. Sementara, yang satunya lagi terlalu berbau politik, yang untuk … Lanjutkan membaca Penerjemahan dan Pembangunan Karakter Bangsa

Sepak Bola, Sastra, dan Nasionalisme

Oleh Dimas Wijanarko Novel yang bertema sepak bola adalah hal yang baru dalam dunia kesusasteraan Indonesia. Setidaknya baru muncul dua novel sejak tahun 2012, yaitu Sebelas Patriot karya Andrea Hirata dan Menerjang Batas karya Estu Ernesto. Sastrawan terkemuka, Seno Gumira Adjidarma, pernah pula mengangkat tema sepak bola dalam cerpennya yang berjudul ‘Matinya Seorang Pemain Sepak … Lanjutkan membaca Sepak Bola, Sastra, dan Nasionalisme

Revolusi Seorang Diri: Sitor dan Film Indonesia (Edisi Khusus)

Oleh Amar Ar-risalah Akhir Desember lalu, kabar duka mengetuk. “Sitor,” katanya, “Si Raja Usu, telah pergi”.  Jasad penyair tua itu disemayamkan di Galeri Nasional, dan ratusan pelayat hadir. Terlihat Menteri Anies, Martin Aleida, Taufik Ismail, Nano, dan seniman-seniman lain yang ada di ibukota. Sementara itu, Sitor—si penyair, sineas, cerpenis, si Soekarnois itu—terbaring tenang di petinya … Lanjutkan membaca Revolusi Seorang Diri: Sitor dan Film Indonesia (Edisi Khusus)

Siapakah Diri di Dalam Otobiografi: Membaca Lagi Otobiografi Sitor Situmorang (Edisi Khusus)

Oleh Irsyad Ridho Pada tahun 1982, salah satu kritikus sastra kita, Ajip Rosidi, pernah menulis dalam artikelnya yang berjudul “Otobiografi Sitor Situmorang” bahwa setelah membaca otobiografi Sitor, dia tidak menemukan hubungan antara judul dan isi otobiografi tersebut. Menurut Ajip, buku tersebut sedikit sekali memberi informasi tentang peranan Sitor sebagai sastrawan Angkatan ’45, padahal judulnya jelas … Lanjutkan membaca Siapakah Diri di Dalam Otobiografi: Membaca Lagi Otobiografi Sitor Situmorang (Edisi Khusus)

Sitor dan Kota: Sebuah Perjalanan ke Kampung Halaman (Edisi Khusus)

Oleh Rianto Sitor mengawali esainya “Paris: Yang Dikenang, Yang Dilupakan” (1999)  dengan mengutip sajak “Le pont Mirabeu“ karya G. Apollinaire itu. Sungai yang membelah kota terkadang menjadi agenda tak pernah selesai sebagai pemantik imaji dalam bersajak.  Penyair selalu punya dalih dan mengingat kilas balik sebuah kota melalui sajak. Simbol-simbol kota dan jejak perjalanan pada sajak … Lanjutkan membaca Sitor dan Kota: Sebuah Perjalanan ke Kampung Halaman (Edisi Khusus)

OSAMA, Satu Dekade yang Lalu

Oleh Irsyad Ridho (Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNJ) Ketika film-filmnya hangus dibakar Taliban, Sedigh Barmak merasa yang lenyap bukanlah ribuan reel, melainkan cinta pertamanya pada sorot lampu—yang diumpamakannya sebagai jutaan kunang-kunang—yang memancar dari proyektor. Sejak itu dia memutuskan menyeberang ke Pakistan, mengungsi bersama orang-orang Afganistan yang lain, menghibur mereka dengan opera sabun di … Lanjutkan membaca OSAMA, Satu Dekade yang Lalu