Tubuh yang Merasakan: Membaca Karya Frieda Kahlo

frida-kahlo_99pvxOleh Cecilia Tridjata

Frieda Kahlo (1907-1954) adalah seorang pelukis wanita terkenal asal Meksiko yang lahir dengan nama Magdalena Carmen Frieda pada 6 Juli 1907. Kisah hidup dan karyanya begitu luar biasa sehingga menjadi semacam ikon, bahkan mitos. Membaca Frida Kahlo adalah upaya menafsir makna pikiran, mimpi dan fantasi sebagai pesan visual yang terepresentasikan dalam karya-karya seni lukisnya yang bergaya realisme simbolik.

Sekilas bahasa visual pada karya-karya lukisannya tampak surrealistik layaknya alam mimpi, namun sesungguhnya menurut Kahlo apa yang dilukiskannya adalah suatu realitas, bukan alam mimpi. Secara lugas ia berkata: “Orang bilang aku itu seorang Surrealis, padahal bukan. Aku tidak pernah melukis tentang mimpi. Aku melukis kenyataanku sendiri.

Satu-satunya yang kusadari: aku melukis sebab aku merasa perlu, dan aku melukis apapun yang terlintas dalam benakku tanpa banyak pikir.” Kahlo banyak bergaul dengan seniman aliran Surrealis seperti Andre Brenton dan teman-temannya sehingga ia tahu betul karakteristik karya surrealistik dan dia tegaskan bahwa karyanya bukan beraliran Surrealis.

Keinginan Frida untuk selalu dikenang oleh masyarakat luas Mexico, khususnya oleh suaminya Diego Rivera, mendorongnya untuk menjadikan dirinya sendiri sebagai tema sentral dari karya-karyanya. Hal ini terbukti dari banyaknya potret diri yang dilukisnya. Di sini terlihat adanya fenomena psikologi “passive narcisstic desire” a la Lacan, yakni hasrat menjadi pribadi yang selalu dicintai dan dikenang oleh suami, keluarga, teman, dan masyarakat Mexico dengan mengeset dirinya sebagai pribadi yang menderita-ekstrem, heroik-ekstrem, dan genius-ekstrem. Tidak heran jika potret dirinya adalah image lukisan yang paling dikenalnya dan menjadi tema sentral. “Aku melukis diriku sendiri sebab aku begitu sering sendiri dan sebab diriku sendirilah topik yang paling kukenal,” ujarnya.

Karya-karya Kahlo banyak dikenang orang karena sangat inspiratif dan merefleksikan kenyerian dan gairah yang bersumber dari kondisi kesehatannya yang buruk dan kehidupan perkawinannya yang kompleks dan penuh gejolak. “Lukisanku mengandung pesan kenyerian… melukis itu menyempurnakan hidupku… Aku yakin kerja melukis adalah hal terbaik.” Aktivitas melukis dalam konteks proses kreatif Kahlo menjadi katarsis mental bagi dirinya. Katarsis ini merupakan transformasi emosi yang menyakitkan melalui kekuatan kontemplasi dalam berkarya seni.  Seni sebagai sarana katarsis memberi pengaruh positif dalam membangkitkan respons relaksasi yang mampu mereduksi ketegangan emosional melalui ekspresi seni sehingga memberi ketenangan dan kelegaan dalam diri Kahlo.

Kisah pengalaman menyakitkan dalam kehidupan Kahlo dimulai ketika ia menderita polio pada usia 6 tahun. Ia berhasil pulih, namun penyakit ini mengakibatkan kaki kanannya cacat. Pada tahun 1925, ketika ia beranjak remaja pada usia 18 tahun, terjadi tragedi kecelakaan maut: bus yang ditumpanginya bertabrakan dengan truk. Kahlo nyaris lumpuh, ia mengalami  penderitaan ganda, yakni patah pada spinal collum, collarbone, pelvis yang menghancurkan struktur tulang kaki kanannya serta merusak organ fungsi reproduksinya. Ia menjalani 35 kali operasi yang menyakitkan sehubungan dengan kecelakaan yang dialaminya.

Selama proses penyembuhan, Kahlo menemukan kecintaannya dalam aktivitas melukis sehingga ia memutuskan berkarier penuh menjadi pelukis dan meninggalkan studi kesehatannya. Pilihan itu pula yang mempertemukannya dengan pelukis mural besar, Diego Rivera, yang kemudian menjadi suaminya. Kahlo menghasilkan karya sketsa dan lukisan potretnya yang pertama. Pada tahun-tahun selanjutnya dihasilkannya karya-karya lukis yang merupakan psikobiografi perkembangan dirinya. Lukisan-lukisannya menampilkan fenomena ”tubuh yang merasakan” penderitaan yang bersumber dari kondisi tubuhnya yang rapuh dan kehidupan perkawinannya yang penuh gejolak. Realitas kehidupan Kahlo yang kompleks dalam karyanya diungkapan dalam bahasa simbol dan metafora yang personal. Karya-karya lukisnya tampil ibarat catatan kehidupannya. Mari kita bicarakan beberapa lukisannya.

Kehidupan perkawinan Frida Kahlo dan Diego Rivera penuh cinta, sekaligus gejolak emosi dan luka-luka batin yang disebabkan oleh affair dari kedua belah pihak dan ketidakmampuannya memiliki anak. Realitas ini menjadi inspirasi dari karya-karya lukisnya. Seperti terlihat dalam lukisan cat minyaknya yang berjudul The Two Fridas (1939) menampilkan double self-potrait Kahlo yang dibuat pada tahun ia bercerai dari Diego. Lukisan ini diyakini oleh banyak orang merupakan ekspresi dari perasaannya yang sangat terluka akibat ulah perselingkuhan suaminya dengan adik perempuannya Christina. Lukisan ini melukiskan sosok kembar Kahlo dengan salah satu jantung hatinya yang terluka dan nadi yang sengaja dipotongnya sehingga mengucurkan darah. Metafora ini merefleksikan luka-luka batin dari Kahlo-berbaju-putih, sedangkan Kahlo-berbaju-biru adalah representasi sisi lain dari kepribadiannya yang memperlihatkan ketegaran dan kekuatan mentalnya.  Perceraian Kahlo di kemudian hari memicu keliaran hidupnya dengan petualangan seks dan penggunaan alkohol serta penyalahgunaan obat-obatan. Ia sangat terpukul dan menderita dengan perceraiannya. Akhirnya  Kahlo dan Diego rujuk kembali pada tahun 1940. Pernikahan mereka yang kedua sama halnya dengan yang pertama penuh dengan gejolak dan badai.

Wanita LogamKarya Frida yang lain dibuat tahun 1944, menampillkan sosok dirinya dalam balutan alat penunjang tubuh yang terbuat dari logam. Suatu realitas yang nyeri bahwa tubuhnya tidak lagi ditopang oleh tulang belakang melainkan diganti dengan rangka logam. Rekam jejak penderitaan dan rasa sakit di tubuhnya direpresentasikan dalam lukisan ini dengan bahasa visual yang menggugah rasa simpati yang mendalam. Tatap wajahnya yang dingin dengan alis mata yang menyatu menggambarkan kekuatan dan ketegaran dirinya dalam ketakberdayaan tubuhnya. Lukisan Kahlo menampilkan karakter ekspresi dan kepribadiannya yang khas, digerakkan oleh hati dan intuisinya yang kuat.

Wanita CantikNamun, dalam karyanya yang berjudul Tree of Hope (1946) Frida Kahlo merefleksikan harapannya untuk pulih dan terbebas dari alat penopang tubuhnya untuk kemudian tampil cantik sebagai wanita Mexico. Harapannya untuk sembuh dari kondisi yang menyiksanya terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Pada latar belakang dilukiskan matahari dan bulan dalam satu bidang yang merupakan metafor pergantian siang dan malam dalam kehidupan Kahlo yang terus berharap. Ia sangat peka dan cerdas dalam memilih idiom-idiom visual yang dramatis untuk mereprentasikan pohon harapan dan penderitaan yang menderanya.

Pada lukisannya, ditampilkan pergantian siang dan malam dalam satu bidang, sayatan luka berdarah pada punggung dan panggulnya, alat penyangga tubuh terus melekat pada tubuh dalam busana khas Mexico serta latar lukisan yang menggambarkan suasana sunyi yang mencekam. Dalam kebanyakan karya lukisnya Kahlo menampilkan gaya lukis tradisional Mexico “ex-voto”, yaitu deskripsi peristiwa atau tema lukisan dalam ungkapan visual dan tulisan. Unsur tulisan pada karya lukis ini terlihat pada bendera yang ada di tangan kanan Kahlo.

KijangFenomena psikologi “passive narcisstic desire” dari Frida Kahlo terlihat nyata pada karya lukis tahun 1946 yang menggambarkan tubuh kijang yang berkepala manusia dengan wajah Kahlo dan busur panah di sekujur punggung dan lehernya. Hasrat Kahlo untuk selalu dikasihi dan dicintai oleh suaminya Diego Rivera sangat kuat terefleksikan dalam lukisan ini. Ia membangun citra diri atau self image sebagai “pribadi yang menderita” yang direpresentasikan dalam kiasan sosok kijang yang terluka oleh busur panah. Kijang merupakan hewan peliharaan yang menjadi favorit dan kesayangan Kahlo dan Diego.  Luka-luka berdarah pada leher dan punggung kijang ini memperkuat metafora rasa sakit dan penderitaan yang dialami Kahlo akibat kecelakaan yang pernah terjadi di masa lalu dan terus menderanya hingga akhir hayatnya.

Upaya membaca karya-karya Frida Kahlo yang sarat makna dan multi-interpretasi telah menghantarkan kita pada pemahaman tentang pengalaman kehidupan melalui terminologi psikoanalisa seni. Wajarlah jika sosok pelukis Frida Kahlo dan perjalanan proses kreatifnya yang luar biasa dan mendunia ini akan sangat menarik dan mengesankan untuk dijadikan bahan kajian ilmu seni dalam bingkai psikoanalisis dan feminis.

Rujukan:
Lacan, Jaqcues., 1996.  Ecrits: A Selections, New York: Routledge.
Yasraf A. Piliang, 2010. Catatan perkuliahan Budaya Visual. Pasca Sarjana Ilmu
Seni dan Desain ITB, Bandung.
Walker, John., Chaplin, Sarah., 1997. Visual Culture: An Introduction, UK:
Manchester University Press.
Catharsis from Encyclopedia of Childhood and Adolescence . Katarsis dari
Ensiklopedia Anak dan Remaja. ©2005-2006 Thomson Gale, a part of the Thomson Corporation.
© 2005-2006 Thomson Gale, bagian dari Thomson Corporation. All rights reserved. All rights reserved
Diunduh, 20 April 2010.
Catharsis, http://dictionary.reference.com browse/catarsis, diakses 18 April  2010
Diego Rivera, http://www.notablebiographies com/Pu-Ro/Rivera-Diego.html, diakses 23 Oktober 2010
Frida Kahlo, http://www.washingtonmonthly.com/features/2001/0206.medicine.html, diakses 22 Oktober 2010

Tinggalkan komentar